Asma adalah penyakit heterogen, selalu dikarakteristikkan dengan inflamasi kronis di saluran napas. Terdapat riwayat gejala respirasi seperti mengi, sesak, rasa berat, di dada dan batuk yang intensitasnya berbeda – beda berdasarkan variasi keterbatasan aliran udara ekspirasi. Sebelum memberikan diagnosis penyakit berupa asma bronkial (asma stabil), dokter akan melakukan anamnesis atau wawancara medis kepada pasien terlebih dahulu
Hasil anamnesis (dapat subjektif)
Gejala khas untuk asma, jika ada maka meningkatkan kemungkinan pasien memiliki asma, yaitu:
Faktor risiko asma bronkial:
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana
Pemeriksaan fisik pasien asma biasanya normal. Abnormalitas yang paling sering ditemukan adalah mengi ekspirasi saat pemeriksaan auskultasi (mendengarkan suara paru saat mengambil dan mengeluarkan napas), namun suara mengi ini bisa saja hanya ditemukan saat pasien mengeluarkan napas. Penurunan aliran nafas juga dapat terjadi pada pasien dengan penyakit asma sehingga menyebabkan suara mengi tidak terdengar, dikenal juga dengan sebutan “silent chest”
Sebelum membahas mengenai penatalaksanaan, penting untuk mengetahui bahwa prinsip terapi asma adalah dengan cara menghindari faktor pencetus, dan merencanakan pengobatan jangka panjang.
Jenis – jenis pengobatan untuk menngatasi gejala penyakit asma
Obat anti inflamasi khususnya steroid yang dihirup (diinhalasi) merupakan salah satu pengobatan yang paling penting untuk pasien penyakit asma pada umumnya. Steroid merupakan pilihan terapi yang dapat mencegah serangan asma berulang dan dapat bekerja dalam mengurangi pembengkakan, dan produksi mukus (lendir) pada jalan nafas.
Setelah melakukan terapi menggunakan obat steroid, hasil yang diharapkan adalah sistem pernapasan menjadi kurang sensitif untuk dapat bereaksi terhadapa faktor pemicu sehingga mengurangi gejala asma.
Bronkus merupakan salah satu komponen sistem pernafasan, sedangkan dilator adalah pelebaran, sehingga yang dimaksud dari bronkodilator adalah pelebaran bronkus agar seseorang dapat bernafas lega tanpa disertai sesak, bunyi mengi, dan rasa berat.
Penggunaan bronkodilator akan membantu merelaksasi otot – otot yang bekerja dalam penyempitan jalan nafas saat gejala asma terjadi. Bronkodilator kerap digunakan dengan cara inalasi (dihirup) untuk memberikan terapi yang cepat dalam menyembuhkan gejala batuk, wheezing/ mengi, rasa sempit di dada, dan sesak nafas karena asma dalam waktu yang cepat.
Bronkodilator terbagi menjadi bronkodilator yang short acting dan long acting Bronkodilator short acting juga kerap digunakan oleh pasien yang terkena exercise-induced asthma atau penyakit asma yang disebabkan karena aktifitas fisik yang cukup menyita tenaga. Bronkodilator tidak untuk digunakan dalam terapi rutin sehari – hari pada pasien asma. Sedangkan untuk bronkodilator yang long – acting biasanya digunakan dengan cara dikombinasikan dengan steroid yang diinhalasi atau kortikosteroid untuk mengontrol gejala asma. Bronkodilator long acting tidak pernah digunakan untuk terapi asma jangka panjang.
Penggunaan obat asma semprot merupakan salah satu pilihan terapi untuk merelaksasikan otot –otot jalan nafas pada paru- paru. Menggunakan obat semprot merupakan salah stau cara meredakan gejala asma secara cepat. Obat asma semprot dapat bekerja dalam hitungan menit dan efektif selama 4 sampai 6 jam.
Penggunaaan obat semprot ini tidak dianjurkan untuk dipakai sehari – hari. Bagi beberapa orang, menghirup obat semrot sebelum melakukan aktivitas fisik akan mencegah nafas pendek dan gejala asma lainnya. Efek samping yang mungkin ditimbulkan adalah palpitasi.
Obat semprot asma yang dapat digunakan antara lain:
Bila gejala asma yang muncul merupakan gejala minor dan jarang kambuh, serta merupakan asma yang hanya kambuh jika melakukan aktifitas fisik, penggunaan obat semprot asma sebagai monoterapi masih memungkinkan untuk dilakukan. Namun apabila pasien memiliki asma yang menetap, terapi yang dibutuhkan juga termasuk kortikosteroid yang diinhalasi.
Berikut beberapa jenis alat semprot pada terapi penobatan penyakit asma, 3 jenis utama tipe terapi yang digunakan adlah sebagai penyembuh (berwarna biru), pencegah (berwarna kuning atau orange), sebagai pengontrol (berwarna hijau).